Senin, 10 Juni 2013

Alamku Yang Anggun


Bentangan permadani hijau
Terbentang luas tak bertepi
Engkau melambai-lambai. Menyambut datangnya surya
Keanggunan terpancar dari wajahmu
            Pucuk daunmu riang bercengkrama dengan si suara merdu
            Oh... betapa bahagia hatiku
            Alamku selalu bertaburan dengan permata keindahan
Kau anugerah negeriku, sumber kesenangan hidup
Tiada dapat kubayangkan bila kau rusak
Dijamah tangan tak berguna
            Alam-alamku
            Engkau elok bertabur bunga
            Laksana untaian mutiara yang terbentang
            Memancarkan sinar kebahagiaan

Sumber :
Dhiny Prihantini dalam Buku : Bhasa Indonesiaku Bahasa Negeriku, 2012

Banyak Orang Tetap Merokok Dengan Berbagai Alasan


Asap rokok mengepul dan puntung rokok berserakan mudah terlihat di seluruh sudut Kota Jakarta. Memang, hingga saat ini, banyak warga Ibu Kota merokok dengan bebas di tempat-tempat umum. Para perokok itu mengetahui Peraturan Daerah (PERDA) Larangan Merokok sudah berlaku. Toh, dengan berbagai alasan, tetap saja mereka merokok. Ada yang mengaku takut, tapi tetap merokok lantaran sudah kecanduan. Ada pula yang merokok dengan alasan untuk menghilangkan rasa kantuk. Macam-macam memang alasannya.
Kebiasaan merokok memang telah menjadi wadah berbahaya di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dengan jumlah pengguna rokoknya. Di indonesia, sekitar 428 ribu orang per tahun atau 1.172 orang per hari tewas akibat rokok.
Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Udara atau disebut pula Perda Larangan Merokok telah berlaku sejak 3 Februari 2006. Peraturan ini ditujukan untuk mengurangi masalah merokok di Ibu Kota. Pelanggar peraturan bisa terkena sanksi enam bulan penjara dan denda hingga Rp 50 Juta. Hanya saja, efektif tidaknya peraturan ini tergantung pada warga Jakarta sendiri.

Sumber :
Liputan6.com, 21 November 2008
Buku : Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku, 2012

RESENSI


RESENSI

Resensi merupakan salah satu bentuk ragam tulisan jurnalistik. Resensi buku sering juga disebut dengan timbangan buku, tinjauan pustaka, atau pembicaraan buku yang merupakan penilaian dari seorang pembaca (penulis resensi) mengenai seluk-beluk buku yang dibacanya.
Unsur-unsur resensi biasanya meliputi unsur sinopsis, kepengarangan, bahasa pengarang, keunggulan, kelemahan, dan kesimpulan dari buku tersebut. Inti dari sebuah resens adalah penilaian terhadap buku, apakah buku itu memiliki keunggulan, atau ada kekurangan sehingga perlu disempurnakan.
Kelebihan tulisan resensi dibanding jenis artikel lainnya adalah seperti berikut :
1.      Tidak cepat basi
Jika dibandingkan dengan bentuk tulisan berita, atikel, dan feature, resensi lebih tahan lama. Misalnya, resensi yang dikirimkan oleh seorang penulis resensi tersebut dikembalikan oleh redaksi, sang penulis tersebut masih dapat memperbaikinya dan mengirimkan ke media cetak lainnya.
2.      Menambah wawasan
Ketika hendak menulis resensi, otomatis kita perlu membaca buku tersebut secara tuntas. Dengan demikian wawasan kita akan bertambah dan disamping itu kemampuan kita dalam menganalisis masalah akan semakin bertambah pula.
3.      Menambah penghasilan
Jika sebuah resensi dimuat di media cetak, penulis resensi akan mendapatkan honor dari redaksi. Bahkan, tidak jarang pihak penerbit pun akan memberikan bingkisan jika mengetahui bukunya diulas dan dipublikasikan. Bagi penerbit itu sendiri, hal ini akan menjadi suatu cara berpromosi.
Sebelum menulis resensi ada baiknya memahami dasar-dasar menulis resensi sebagai berikut ini :
1.      Peresensi perlu memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku menulis buku.
2.      Peresensi perlu menyadari sepenuhnya tujuan menulis resensi.
3.      Peresensi perlu memahami latar belakang pembaca yang menjadi sasarannya.
4.      Peresensi perlu memahami karakteristik media cetak yang menjadi tujuan pemuatan resensi.


Contoh Resensi :

sparatte beds.jpg

Judul Buku      : Separate Beds
Sub Judul        : Milikmu Seutuhnya
Penulis             : LaVyrle Spencer
Penerbit           : GagasMedia
Penerjemah      : Endang Sulistyowati
Tanggal Terbit : Agustus 2012
Genre              : Contemporary Romance

Spencer merupakan salah satu penulis buku luar negeri yang menjadi favorit saya. Meskipun hanya beberapa buku yang masuk ke Indonesia, tetapi hampir semua buku-bukunya sudah saya baca. Pada awalnya saya tidak berkeinginan untuk membeli buku ini, karena buku ini dikhususkan untuk pembaca yang berusia 17+, tetapi karena saya sangat menyukai buku-buku / novel terjemahan maka dari itu saya jadi keranjingan membaca buku-buku karya Spencer ini. Terbitan pertama buku Separate Beds tahun 1985. Walaupun buku ini sudah lama sekali diterbitkan, tetapi mampu menandingi buku-buku lain keluaran terbaru.
Beberapa orang mungkin tidak akan menyukai buku ini karena ceritanya terbilang lambat. Tapi ini memang salah satu ciri khas Spencer dalam membuat cerita yang mampu membuat hati para pembacanya terenyuh akan keharmonisan kalimat per kalimat didalamnya. Tidak hanya ceritanya yang lambat, Plot pun juga di ceritakan sedemikian lambat. Semua aspek diceritakannya dari pernikahan sampai kehidupan ke dua pasangan (tokoh dalam buku ini) setelahnya.

Clay Forrester, seorang mahasiswa Jurusan Hukum yang tampan, tidak menyangka bahwa hidupnya akan terikat dengan Catherine Anderson, mahasiswi serius dan kutu buku.  Semuanya dimulai pada suatu malam. Suatu malam yang tak terduga. Malam ketika mereka menghabiskan waktu bersama di bawah temaram sinar bulan dan bintang-bintang, serta sebotol anggur dalam genggaman yang mampu mengubah segalanya. Itulah yang kemudian terjadi pada Clay dan Catherine. Saat itu, Clay mendapati Catherine bersama keluarganya berada dirumah orangtua Clay. Mereka menuntut pertanggungjawaban Clay atas bayi yang sedang dikandung Catherine.
Sebenarnya, ada hal lain yang menjadi alasan akan ini semua. Ayah Catherine, Anderson, memaksa Catherine untuk datang ke kediaman keluarga Forrester untuk memeras harta dari keluarga tersebut. Anderson dikenal kasar, pemabuk kelas kakap yang sama sekali tidak memperdulikan Catherine dan istrinya. Yang Anderson pikirkan hanyalah uang, uang dan uang.
Meski belum mempercayai semua yang terjadi, akhirnya Clay dan Catherine mencapai sebuah kesepakatan. Mereka (dua orang dari dunia yang berbeda) akan menikah demi reputasi masing-masing dan setelahnya semuanya berjalan sesuai rencana. Perjanjian ini juga terjadi karena dalam waktu dekat Clay akan mendaftarkan dirinya dan akan bekerja dikantor ayahnya, Forreser, menjadi seorang pengacara handal yang mensyarakat Clay harus memiliki latar belakang yang bersih dan tidak memiliki anak haram diluar penikahan. Jadi mereka sepakat untuk mejalani hidup berumah tangga sampai Clay mampu melewati ujian dan masuk ke perusahaan ayahnya. Dan dalam perjanjian itu juga, Clay berjanji untuk membiayai semua kebutuhan hidup Catherine dan calon bayi mereka serta mendukung Catherine untuk menyelesaikan kuliahnya.
Sayangnya, yang terjadi demikian tidaklah semudah mengucapkan kesepakatan itu. Tanpa mereka sadar, benih-benih cinta itu telah hadir dan menyususp didalam hati masing-masing. Catherine merupakan seseorang yang tak tahu cara mencintai tapi ingin dicintai, sementara Clay, ia tahu arti dicintai tapi tak mau mencintai. Lama kelamaan perbedaan ini mampu meredam semuanya. Clay jadi terbiasa dengan kehadiran Catherine, terbiasa dengan ada yang menunggunya dirumah, terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga, dan calon bayi mereka. Sebenarnya Catherine mencintai Clay sejak awal namun memang sengaja tidak mengungkapkannya. Catherine berusaha bertahan, berusaha tetap menjaga tembok yang dibangunnya, karena dia tidak mau tersakiti lebih jauh saat dia harus meninggalkan Clay dan keluarga Forrester lainnya jika waktu perjanjian pernikahannya dengan Clay habis. Semua itu karena Clay tidak pernah mengatakan kata-kata bahwa sebenarnya dia jatuh cinta pada Catherine.
Lalu bayi mereka lahir, ketika Catherine belajar untuk sedikit demi sedikit menghancurkan tembok yang dibangunnya, Jill, gadis yang disebut sebagai pacar Clay mengatakan hal-hal yang membuatnya harus membangun tembok miliknya kembali. Keraguan dan ketidakpercayaan diri Catherine lah yang membuatnya kembali bersikap dingin dan keras kepala. Dengan penuh keputusasaan, Catherine dengan hati sekeras batu meminta cerai. Clay dengan segala cara menjelaskan kesalahpahaman ini dan sudah menjelaskan semuanya akhirnya menyerah. Akhirnya Clay pergi dari rumah, pergi dari sisinya dan kembali kedalam pelukan Jill.
Raganya memang pergi, tetapi pikiran dan jiwanya selalu berada pada Catherine dan Bayi perempuan mereka. Sampai kemudia di titik akhir, Clay kembali datang di depan pintu rumah mereka, bukan untuk memohon kembali, namun untuk menjenguk Catherine dan bayi merka sebelum semuanya benar-benar berakhir. Namu pada akhirnya Catherine mau menerima kembali kehadiran Clay kedalam rumah mereka dan berjanji untuk bersam-sama mewujudkan kehidupan yang sesungguhnya bersama.

Separate Beds merupakan sebuah novel karya Lavyrle Spencer yang mengisahkan tentang rumitnya sebuah hubungan rumah tangga yang terjadi tanpa perencanaan. Diawali dengan percintaan satu malam, mereka akhirnya harus bersepakat untuk menikah. Namun, cinta tidak akan diam begitu saja. Cinta menunjukkan kekuatannya di saat mereka harus berpisah.
Novel yang diterbitkan GagasMedia ini penuh dengan luapan emosi, kegetiran, sekaligus kebahagiaan. Kehangatan dan kekuatan cinta membuat semua permasalahan yang dialami seseorang akan lebih mudah untuk dihadapi.

Sumber :
Buku : Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku, 2012