Senin, 28 Maret 2016

Biarkan Dalam Diam

Seminggu sudah;
Aku, Kamu, Kita berdiam dalam muram. Kita lepas tanpa ada perbincangan. Hilang dalam suasana mencengangkan. Seperti inilah kita. Dengan keegoisan tanpa mau berkata terbuka. Lalu harus sampai kapan?

Kalo dibilang rindu, ya... Aku rindu, kamu rindu; kita rindu kita. Tapi takdir seakan berkata "sudah tidak akan ada lagi tempat untuk kita. Tempat berbagi kisah dalam penutup senja. Tempat bersenda gurau dalam luapan sayang disetiap harinya." Miris memang.

Setiap hari aku lihat kamu, kamu lihat aku. Hanya seutas senyum yang mampu kita torehkan. Tanpa bersua tanpa berdekatan. Lucu yaa, dua orang yang terbiasa bersama sekarang saling menjaga jarak; demi menghargai satu sama lain.

Tetaplah seperti ini;
Meski kamu terus berusaha membuka kata, merobek tembok keasingan. meski aku terkadang masih menghubungimu.
Tetaplah, biarkan angin membawa kita pada masing-masing takdir yang telah digoreskan.

Aku , Kamu , kini tidak menjadi Kita.

Minggu, 27 Maret 2016

Long Weekend versi RDW's

Seperti yang sudah -sering- kami alamin, untuk nyatuin Ibu, Bapak, Gue dan Adik itu susah2 gampang.. Dikarenakan kehidupan kami yang berbeda lokasi. Ya mungkin gue free lah yaa karena tiap weekend pulang dan dirumah-pun sudah ada Ibu Bapak yang menyambut kehadiran; tapi beda cerita dengan Adik gue. Dia ngekost di Bandung,- dan mulai cinta sama Bandung- dengan berbagai kegiatan perkuliahan serta organisasi yang membludak. Makanya perlu usaha dan bujuk rayu ekstra untuk bisa okein si Bungsu balik kerumah.
Dan dikesempatan perkalenderan yang super cihuy ini (Jumat tanggal Merah) akhirnya sepakat Adik bisa pulang di Kamis malam (karena sebelumnya mau pulang di Jumat malam 😐).. Baiklah akhirnya rencana kami jalankan dengan seksama.
Sebut saja Day One (Jumat, 25 Maret 2016) dengan semangat membara -karena diiming-imingin Ibu bakal mampir ke Anyer, nyantai di Pantai- kami semua berangkat ke Serang untuk pratinjau lokasi kerja Bapak per 15 April ini. Niat hati sih setelah sampai sana bakal cari kost-an / kontrakkan dan langsung caw ke Anyer. Tapi sayangnya, baru juga sampai di lokasi pertama (Kantor Bapak), Ibu dapet telepon dari Kantor bahwa ada kerjaan yang masih nyangkut di bagian akuntansi dan harus diselesaikan terakhir jam 1 siang. Ya mampus lah, posisi di Serang udah jam 11.45 dan mau Jum'atan pula, akhirnya diputuskan -mohon maaf- untuk Bapak dan Adik tidak bisa ikut Jum'atan dulu karena ngejar waktu. Bener aja, 12.45 kami mendarat dengan mulus di Kantor Ibu guna penyelesaian tugas. Lalu kami? Apa yang kami lakukan selama Ibu kerja (yang ternyata makan waktu lama)? Yap, kami berkelana cari makan, cari cemilan dan cari keperluan kami (baca: Shoppingg 😈) dan tepat pukul 5 sore Ibu bergabung dengan kami di sebuah mall tertua di Bekasi untuk menjelajah keinginan kami semua kembali. Malamnya ditutup dengan makan ayam krispi cepat saji di salah satu komplek real estate tertua Bekasi. Ya perlu diketahui, Sabtu gue dan Bapak masih harus berjibaku dengan pekerjaan (baca: HARPITNAS 😅) sampailah kami jam 9 dirumah.
Sementara Day Two (Sabtu, 26 Maret 2016) kehidupan berjalan terpisah, Gue dikantor Gue, Bokap dikantornya, sementara Ibu dan Adik sibuk dengan kemalasan mereka di hari Liburnya. Well, siangnya gue janjian dengan Ibu dan Adik disalah satu makanan ayam krispi cepat saji -lagi- yang deket dengan rumah untuk sekalian bertemu si Abot, Anak bontot menggemaskan bernama Erga yang ga pernah bosen makanin itu ayam sambil main perosotan 😅 seusai dari situ, Gue dan Adik pulang (melanjutkan leha-leha kami) sementara Ibu ada janji dengan Bapak ke suatu tempat. Dan baru malam hari Gue dan Adik keluar untuk makan sambil sejalan jemput Bapak di Suatu tempat daerah Kalimas.. Ya ampun jam 10.15 malam baru kelar tuh acara Bapak 😓
Lalu bagaimana dengan Day Three kami (Minggu, 27 Maret 2016)? Yuhuuu, pagi-pagi buta (ga sih, jam 9 kok) kami berangkat ke Daerah Bogor untuk perta durian di Warso Farm sambil cekrakcekrek bersama. Syahdu dan Syurga sekali disana (dan ga pernah bosen pergi kesana! 😆) after that kita maksi di Toge Goreng Abah Abung dan lanjut beli asinan Gedung Dalam (menu wajib Ibu kalo ke Bogor) lalu langsung tancap gas balik kandang karena ngejar Baraya Travel (untuk Adik pulang kembali ke Bandung) jam 4 sore. Perjalanan yang sedikit zigzag ini membawa kami sampai di lokasi satu jam lebih awal dari jadwal keberangkatan, sampai akhirnya Adik memutuskan untuk naik travel yang jam 3 saja..
dan selesailah sudah gue bercerita tentang (menurut gue) keseruan liburan panjang versi kami sekeluarga.. Yah namanya juga cerita, suka silahkan baca sampai kelar dan kalo ga suka silahkan keluar dari blog gue 😛 toh gue nulis ini semua hanya sebagai reminder gue kedepan bahwa gue -Alhamdulillah- bisa menghabiskan waktu bareng Ibu, Bapak dan Adik kembali di tengah2 kesibukkan kami masing-masing..
Inget yaa, luangin waktu kalian untuk berkumpul bersama keluarga, mumpung masih sehat, masih dikasih rezeki, masih dikasih tenaga dan masih diberi unur panjang sama Allah Ta'ala..
Udah ah, sekian dulu cerita gue kali ini... Dan, Terima Kasih ya Allah atas NikmatMu yang tak henti mampir di keluarga ku 😇

Selasa, 22 Maret 2016

Am I Wrong?!✌

Orang kalo udah nyaman sama sesuatu hal, pasti akan susah untuk pindah. Keluar dari zona aman, memulai kondisi untuk merasa nyaman..
Sama kaya gue, setahun kebelakang gue keluar dari zona aman dan nyaman. Beradaptasi dengan orang baru; dengan berbagai karakter dan topeng yang menutupi rias senyum dan keramahannya. Gue belajar, sampai dengan saat ini, namun perpindahan itu masih terasa berat buat gue. Gue belum bisa sepenuhnya meninggalkan apa yang sudah gue bangun, gue jaga dan gue "rawat" untuk sampai sejauh ini..
Temen gue ngomong, "keluar aja dari zona nyaman lu, nanti juga akan tercipta hal baru lagi yang bisa ngebuat kita bisa lebih "luas" dari sebelumnya", tapi kok jadinya -di gue- terkesan maksa yaa... Ibarat kebutuhan hidup manusia, yaa zona nyaman gue ada di posisi primer, sementara sekunder gue mungkin dipenuhi dengan tugas, kewajiban; bahkan kesuksesan gue kedepannya..
Nggak munafik sih, siapa juga yang ga kepengen mapan? ga pengen kaya? Dan ga kepengen hidup ga susah? jawabannya pasti nggak ada. Tapi gue, diumur gue yang udah masuk fase menyebar undangan pernikahan malah berpikir yaa kesuksesan gue itu keluarga.. Dimana gue bisa liat bokap nyokap bahagia, gue bisa ngebuat bokap nyokap merasa aman untuk gue tinggalin sementara (dalam artian kerjaan) dan gue bisa merasa bangga bisa membuat bangga kedua orang tua gue. Intinya sih, gue ga mikir quantity tapi gue mikir quality. Ga peduli quantity gue besar tapi gue ga punya quanlity ya buat apa? Lebih baik cari yang kecil tapi gue bisa merasa aman untuk ngebuat nyokap bokap gue bahagia.. Kuncinya sih itu, menurut gue.
So, gue janji -untuk diri gue sendiri- gue akan ngebuang quantity gue yang sekarang untuk membuat quality gue bersama hal2 primer gue bisa selaras, sehingga nantinya gue bisa jauh lebih fokus  untuk mengembangkan wawasan ilmu dan pencapaian untuk bisa membuat lebih banyak moment-moment berharga dengan bokap dan nyokap gue dengan hal2 primer gue.
Well, kalian boleh berucap gue sebagai anak yang nggak bisa jauh dari ortu, gue ga marah, gue justru BANGGA... disaat orang lain lebih mentingin upload foto dengan teman/pacar/makananminuman kesukaan mereka gue jauh lebih BAHAGIA apabila gue bisa check-in / upload foto beraama keluarga...✌️
Karena nantinya -akan ada saatnya- gue bakal ngelepas keluarga gue jika sudah ada yang bisa magerin gue dalam lingkup keluarga 😊 and I'll be waiting for that!💋