Nusantara tidak hanya kaya dengan sumber daya alam, tetapi juga kaya dengan berbagai budaya. Hingga sekarang peninggalan itu masih dapat kita jumpai dan juga masih dapat dinikmati. Dalam sejarahnya, tercatat bahwa budaya dipengaruhi oleh berbagai agama dan negara seperti Hindu-Budha, Islam, Cina dan Kolonial. Jejak dari pengaruh budaya tersebut masih terus bertahan hingga kini. Salah satu contohnya adalah kita bisa melihat patung yang bermotif dewa-dewa atau lukisan berupa kaligrafi Arab. Semua itu menunjukkan adanya pengaruh dari berbagai budaya tadi.
Budaya itu sendiri merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi lainnya. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit , termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, bangunan dan karya seni. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. banyak unsur budaya turut menentukan perilaku komunikatif, termasuk unsur sosio-budaya. Dan sampai sekarang budaya masih terus dilestarikan keberadaannya dengan baik ditengah masyarakat yang umumnya sudah mengenal teknologi.
Melihat perkembangannya kalau ditilik dari proses berfikir manusia ada tiga tahap yang mempengaruhi berkembangnya kebudayaan di antaranya adalah tahap Mitologis, Ontologis, dan Fungsional.
Pada tahap mitologis manusia berada dalam lingkungan yang penuh dengan dunia mistis. Yaitu suatu masa yang mempengaruhi sikap manusia bahwa ia merasa dirinya terkepung oleh hal-hal atau kekuatan ghoib yang ada di sekelilingnya. Biasanya kekuatan ghoib itu membentuk mitos-mitos yang dipercayainya sangat sakral, seperti adanya dewa-dewi atau bentuk benda yang lainnya yang ia anggap mempunyai tuah.
Supaya sesembahan mereka tidak marah atau murka terhadap mereka maka mereka akan memberi sesajen sebagai persembahan terhadap dewa-dewanya tersebut. Namun perlu diingat kalau mitologi-mitologi semacam ini hanya ada pada kehidupan masyarakat atau bangsa yang masih primitive.
Sementara itu pada tahap perkembangan yang bersifat Ontologis, mungkin kita akan mendapati sedikit dari hal-hal yang bersifat mitos itu. Yang kita dapati adalah suatu perubahan sikap manusia yang mempunyai keinginan besar untuk menyelidiki segala hal yang berhubungan dengan kondisi lingkungannya. Maka dari sini manusia tidak lagi merasa dirinya berada dalam kepungan dan kurungan zaman yang mengikat. Tetapi segala sesuatu mulai disusunnya berdasarkan hakekat terjadinya sesuatu (Ontology) dan segala hal yang mempunyai nilai dalam ilmu pengetahuan.
Kalau pada tahap yang terakhir yakni fungsional manusia mulai memperkenalkan diri ataupun mencari relasi dalam mempromosikan keahlian dirinya di tengah-tengah masyarakat. Pada tahap inilah akan kita jumpai suatu hubungan (simbiosis) yang akan membentuk suatu interaksi sosial masyarakat.
Edward B. Taylor bertutur bahwa budaya merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkan meramalkan perilaku orang lain.