RESENSI
Resensi merupakan salah
satu bentuk ragam tulisan jurnalistik. Resensi buku sering juga disebut dengan
timbangan buku, tinjauan pustaka, atau pembicaraan buku yang merupakan
penilaian dari seorang pembaca (penulis resensi) mengenai seluk-beluk buku yang
dibacanya.
Unsur-unsur resensi
biasanya meliputi unsur sinopsis, kepengarangan, bahasa pengarang, keunggulan,
kelemahan, dan kesimpulan dari buku tersebut. Inti dari sebuah resens adalah
penilaian terhadap buku, apakah buku itu memiliki keunggulan, atau ada kekurangan
sehingga perlu disempurnakan.
Kelebihan tulisan
resensi dibanding jenis artikel lainnya adalah seperti berikut :
1.
Tidak cepat basi
Jika
dibandingkan dengan bentuk tulisan berita, atikel, dan feature, resensi lebih tahan lama. Misalnya, resensi yang
dikirimkan oleh seorang penulis resensi tersebut dikembalikan oleh redaksi,
sang penulis tersebut masih dapat memperbaikinya dan mengirimkan ke media cetak
lainnya.
2.
Menambah wawasan
Ketika
hendak menulis resensi, otomatis kita perlu membaca buku tersebut secara
tuntas. Dengan demikian wawasan kita akan bertambah dan disamping itu kemampuan
kita dalam menganalisis masalah akan semakin bertambah pula.
3.
Menambah penghasilan
Jika sebuah
resensi dimuat di media cetak, penulis resensi akan mendapatkan honor dari
redaksi. Bahkan, tidak jarang pihak penerbit pun akan memberikan bingkisan jika
mengetahui bukunya diulas dan dipublikasikan. Bagi penerbit itu sendiri, hal
ini akan menjadi suatu cara berpromosi.
Sebelum menulis resensi
ada baiknya memahami dasar-dasar menulis resensi sebagai berikut ini :
1.
Peresensi perlu memahami sepenuhnya
tujuan pengarang buku menulis buku.
2.
Peresensi perlu menyadari sepenuhnya
tujuan menulis resensi.
3.
Peresensi perlu memahami latar belakang
pembaca yang menjadi sasarannya.
4.
Peresensi perlu memahami karakteristik
media cetak yang menjadi tujuan pemuatan resensi.
Contoh Resensi :
Judul Buku : Separate Beds
Sub Judul : Milikmu Seutuhnya
Penulis : LaVyrle Spencer
Penerbit :
GagasMedia
Penerjemah : Endang Sulistyowati
Tanggal Terbit : Agustus 2012
Genre : Contemporary Romance
Spencer merupakan salah
satu penulis buku luar negeri yang menjadi favorit saya. Meskipun hanya
beberapa buku yang masuk ke Indonesia, tetapi hampir semua buku-bukunya sudah
saya baca. Pada awalnya saya tidak berkeinginan untuk membeli buku ini, karena buku
ini dikhususkan untuk pembaca yang berusia 17+, tetapi karena saya sangat
menyukai buku-buku / novel terjemahan maka dari itu saya jadi keranjingan
membaca buku-buku karya Spencer ini. Terbitan pertama buku Separate Beds tahun 1985. Walaupun buku ini sudah lama sekali
diterbitkan, tetapi mampu menandingi buku-buku lain keluaran terbaru.
Beberapa orang mungkin
tidak akan menyukai buku ini karena ceritanya terbilang lambat. Tapi ini memang
salah satu ciri khas Spencer dalam membuat cerita yang mampu membuat hati para
pembacanya terenyuh akan keharmonisan kalimat per kalimat didalamnya. Tidak hanya
ceritanya yang lambat, Plot pun juga di ceritakan sedemikian lambat. Semua aspek
diceritakannya dari pernikahan sampai kehidupan ke dua pasangan (tokoh dalam
buku ini) setelahnya.
Clay Forrester, seorang
mahasiswa Jurusan Hukum yang tampan, tidak menyangka bahwa hidupnya akan
terikat dengan Catherine Anderson, mahasiswi serius dan kutu buku. Semuanya dimulai pada suatu malam. Suatu malam
yang tak terduga. Malam ketika mereka menghabiskan waktu bersama di bawah
temaram sinar bulan dan bintang-bintang, serta sebotol anggur dalam genggaman
yang mampu mengubah segalanya. Itulah yang kemudian terjadi pada Clay dan
Catherine. Saat itu, Clay mendapati Catherine bersama keluarganya berada
dirumah orangtua Clay. Mereka menuntut pertanggungjawaban Clay atas bayi yang
sedang dikandung Catherine.
Sebenarnya, ada hal
lain yang menjadi alasan akan ini semua. Ayah Catherine, Anderson, memaksa
Catherine untuk datang ke kediaman keluarga Forrester untuk memeras harta dari
keluarga tersebut. Anderson dikenal kasar, pemabuk kelas kakap yang sama sekali
tidak memperdulikan Catherine dan istrinya. Yang Anderson pikirkan hanyalah
uang, uang dan uang.
Meski belum mempercayai
semua yang terjadi, akhirnya Clay dan Catherine mencapai sebuah kesepakatan. Mereka
(dua orang dari dunia yang berbeda) akan menikah demi reputasi masing-masing
dan setelahnya semuanya berjalan sesuai rencana. Perjanjian ini juga terjadi
karena dalam waktu dekat Clay akan mendaftarkan dirinya dan akan bekerja
dikantor ayahnya, Forreser, menjadi seorang pengacara handal yang mensyarakat
Clay harus memiliki latar belakang yang bersih dan tidak memiliki anak haram
diluar penikahan. Jadi mereka sepakat untuk mejalani hidup berumah tangga
sampai Clay mampu melewati ujian dan masuk ke perusahaan ayahnya. Dan dalam
perjanjian itu juga, Clay berjanji untuk membiayai semua kebutuhan hidup Catherine
dan calon bayi mereka serta mendukung Catherine untuk menyelesaikan kuliahnya.
Sayangnya, yang terjadi
demikian tidaklah semudah mengucapkan kesepakatan itu. Tanpa mereka sadar,
benih-benih cinta itu telah hadir dan menyususp didalam hati masing-masing. Catherine
merupakan seseorang yang tak tahu cara mencintai tapi ingin dicintai, sementara
Clay, ia tahu arti dicintai tapi tak mau mencintai. Lama kelamaan perbedaan ini
mampu meredam semuanya. Clay jadi terbiasa dengan kehadiran Catherine, terbiasa
dengan ada yang menunggunya dirumah, terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga,
dan calon bayi mereka. Sebenarnya Catherine mencintai Clay sejak awal namun
memang sengaja tidak mengungkapkannya. Catherine berusaha bertahan, berusaha
tetap menjaga tembok yang dibangunnya, karena dia tidak mau tersakiti lebih
jauh saat dia harus meninggalkan Clay dan keluarga Forrester lainnya jika waktu
perjanjian pernikahannya dengan Clay habis. Semua itu karena Clay tidak pernah
mengatakan kata-kata bahwa sebenarnya dia jatuh cinta pada Catherine.
Lalu bayi mereka lahir,
ketika Catherine belajar untuk sedikit demi sedikit menghancurkan tembok yang
dibangunnya, Jill, gadis yang disebut sebagai pacar Clay mengatakan hal-hal
yang membuatnya harus membangun tembok miliknya kembali. Keraguan dan ketidakpercayaan
diri Catherine lah yang membuatnya kembali bersikap dingin dan keras kepala. Dengan
penuh keputusasaan, Catherine dengan hati sekeras batu meminta cerai. Clay
dengan segala cara menjelaskan kesalahpahaman ini dan sudah menjelaskan
semuanya akhirnya menyerah. Akhirnya Clay pergi dari rumah, pergi dari sisinya
dan kembali kedalam pelukan Jill.
Raganya memang pergi,
tetapi pikiran dan jiwanya selalu berada pada Catherine dan Bayi perempuan
mereka. Sampai kemudia di titik akhir, Clay kembali datang di depan pintu rumah
mereka, bukan untuk memohon kembali, namun untuk menjenguk Catherine dan bayi
merka sebelum semuanya benar-benar berakhir. Namu pada akhirnya Catherine mau
menerima kembali kehadiran Clay kedalam rumah mereka dan berjanji untuk
bersam-sama mewujudkan kehidupan yang sesungguhnya bersama.
Separate
Beds
merupakan sebuah novel karya Lavyrle Spencer yang mengisahkan tentang rumitnya
sebuah hubungan rumah tangga yang terjadi tanpa perencanaan. Diawali dengan
percintaan satu malam, mereka akhirnya harus bersepakat untuk menikah. Namun,
cinta tidak akan diam begitu saja. Cinta menunjukkan kekuatannya di saat mereka
harus berpisah.
Novel yang diterbitkan
GagasMedia ini penuh dengan luapan emosi, kegetiran, sekaligus kebahagiaan. Kehangatan
dan kekuatan cinta membuat semua permasalahan yang dialami seseorang akan lebih
mudah untuk dihadapi.
Sumber
:
Buku
: Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar